Cari di Blog ini

Translate

Gunakan Ctrl+F untuk mencari kata dalam halaman ini

Selasa, 10 Agustus 2010

Otak Habibie Pernah Digunakan Fokker



Berkat prestasinya yang gemilang, Bacharuddin Jusuf Habibie dipercaya menjadi Kepala Departemen Riset dan Pengembangan Analisis Struktur di Hamburger Flugzeugbau (HFB).

Kala itu tugas utamanya adalah memecahkan masalah kestabilan konstruksi bagian belakang pesawat Fokker 28. Hebatnya, hanya dalam kurun waktu 6 bulan, persoalan tersebut mampu dipecahkan mantan Presiden RI ini.

Karier Habibie yang dikenal sangat keras dengan keyakinan prinsip yang dipegangnya ini, terus menanjak setelah meraih kepercayaan mendesain utuh sebuah pesawat baru. Buah karyanya adalah prototipe DO-31, pesawat baling-baling tetap pertama yang mampu tinggal landas dan mendarat secara vertikal, yang dikembangkan HFB bersama industri Donier.

Badan Penerbangan dan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA) akhirnya membeli pesawat rancangan Habibie. Pria kelahiran Pare-pare yang bertubuh kecil dan berotak jenius ini kemudian dilirik oleh Messerschmitt Boelkow Blohm Gmbh (MBB). Yakni, sebuah industri pesawat terbesar yang bermarkas di Hamburg.

Karier Habibie di MBB terus melambung. Jabatan Vice President/Direktur Teknologi MBB disabetnya tahun 1974. Hanya Habibie-lah, orang diluar kebangsaan Jerman yang mampu menduduki posisi kedua tertinggi itu.

Di MBB inilah mantan Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT selama kurang lebih 20 tahun dan membawahi 10 perusahaan BUMN industri strategis, menyusun rumusan asli di bidang termodinamika, konstruksi ringan, aerodinamika dan crack progression. Dalam literatur ilmu penerbangan, temuan-temuan Habibie ini lantas dikenal dengan nama Teori Habibie, Faktor Habibie dan Metode Habibie.

Paten dari semua temuan itu telah diakui dan dipakai oleh dunia penerbangan internasional. Pesawat Airbus A-300 yang diproduksi konsorsium Eropa (European Aeronautic Defence and Space) tak lepas dari sentuhan Habibie yang sangat menonjol dalam hal pelajaran – pelajaran eksakta.

Prestasi keilmuan dari mantan Presiden RI ketiga ini adalah mendapat pengakuan di dunia internasional. Mantan Ketua ICMI ini juga menjadi anggota kehormatan berbagai lembaga di bidang dirgantara.

"Pemikiran dan karya Habibie banyak diakui dunia. Dan teknologi Indonesia saat itu sudah cukup maju," ungkap mantan Ketua Serikat Pekerja PT Dirgantara Indonesia, Arif Minardi, ketika dikonfirmasi okezone, Senin (14/6/2010).

Menurut Arif, Habibie setelah dipanggil pulang ke Indonesia tidak hanya mengebangkan sejumlah pesawat terbang, tapi merambah ke pembuatan satelit dan ruang angkasa, serta peluru kendali (rudal).

Kejeniusan dan prestasi inilah yang mengantarkan Habibie diakui lembaga internasional di antaranya, Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l'Air et de l'Espace (Prancis) dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).

Sementara itu penghargaan bergensi yang pernah diraih Habibie di antaranya, Edward Warner Award dan Award von Karman yang hampir setara dengan Hadiah Nobel. Di dalam negeri, Habibie mendapat penghargaan tertinggi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana.

Karya:
  1. Vertical Take Off & Landing (VTOL),Pesawat Angkut DO-31
  2. Pesawat Angkut Militer TRANSALL C-130
  3. Hansa Jet 320 (Pesawat Eksekutif)
  4. Airbus A-300 (untuk 300 penumpang)
  5. CN - 235
  6. N-250
  7. Secara tidak langsung turut berpartisipasi dalam menghitung dan mendesain, Helikopter BO-105, Multi Role Combat Aircraft (MRCA), serta beberapa proyek rudal dan satelit.


Sumber : Okezone.com




Lainnya :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar